Jumat, 04 September 2020

Komunikasi produktif kelas Bunda sayang 6 Tantangan zona 1 hari ke-1

Institut Ibu profesional komunikasi produktif kelas Bunda sayang
Tantangan zona 1 hari ke-1
Arina Nur Azizah IP regional Bandung

Setor hari pertama
Kamis, 3 September 2020 : 23:50
https://www.instagram.com/p/CErm7MWAj73/?igshid=sjp2495n0030

Bismillahirrahmanirrahim.. 
Hari yang ditunggu-tunggu sejak awal masuk kelas ini yaitu hari dimana tantangan dimulai. Beradaptasi dengan pola waktu perkuliahan, membaca ulang materi dan menyiapkan bahan tulisan, mengatur waktu domestik, membersamai wafa, semuanya masih di raba-raba, masih mencari porsi yang pas agar tidak ada yang terdzolimi. 

Sejak kemarin, rasanya badan kurang bersahabat untuk menyimak materi lebih dalam, maka dari itu baru mulai efektif tadi pagi. Rasanya ingin memaksakan ritme hidup saya dan wafa berjalan lebih cepat. 

Temuan ku hari ini

Bangun tidur wafa cukup baik, tidak ada rengekan dan langsung ceria. Saya bantu untuk memilih kegiatan mana yang mau dilakukan, sarapan dulu atau mandi dulu? Sebetulnya secara ritme hidup wafa sudah terbiasa sarapan dulu tapi saya mencoba memberikan opsi. 

Dia ternyata memilih untuk mandi terlebih dahulu. Saya tau ini tantangannya karena walaupun ia memilih mandi, proses menuju kamar mandi itulah yang lama dan kadang menyulut emosi. 

Berada di fase otonomi diri, wafa ingin selalu mengerjakan sesuatunya secara mandiri, walaupun jika dikerjakan sendiri tidak sempurna. Seperti contoh mandi sendiri. 

Lalu saya ajak untuk ke kamar mandi dengan memberikan jeda. Wafa belum bisa memperkirakan jeda 5 menit, jadi saya ganti dengan 10 hitungan. Masih belum berhasil, saya ganti dengan mencoba memenuhi hasrat keinginan mandirinya

🧕🏻: wafa mau mandi sendiri? 
👧🏻: mau, tapi sama temannya wafa yah, boleh? (Gaya bicara saat ini khas wafa selalu menanyakan kepastian) 
🧕🏻: iya boleh, mau sekalian mandi bareng? 
👧🏻: iya wafa yang mandiin yah? 
🧕🏻: iya boleh 

Poin komunikasi produktif
+ beri tenggat waktu yang riil sesuai dengan konteks berfikir anak
+ memberikan opsi kegiatan sehingga anak merasa terlibat dalam penentuan aktifitasnya
+mencoba untuk menahan emosi dengan menyediakan media (berupa mainan / teman wafa yang bisa diajak mandi bersama) 

Tantangan yang kuhadapi
+ mau menunggu dan melakukan proses negosiasi kepada anak walaupun mengeluarkan energi lebih untuk berkomunikasi
+ tidak menggunakan bahasa perintah dan terburu-buru seperti "cepetan mandi! Jangan lama-lama! Udahan mainnya"  Sambil naik nada beroktaf2 dengan urat yang mengencang, kadang jika memang tidak sabar bisa saya gendong langsung ke kamar mandi dengan wafa meronta2 masih ingin main.. 😅😔 maaf ya wafa

Rencanaku esok hari
+ mencoba tetap konsisten dengan proses komunikasi yang sudah dibangun hari ini agar ritual menuju kamar mandi menjadi hal yang menyenangkan bagi kami 👩‍👧

Bintangku hari ini
🌟🌟🌟🌟
Merasa cukup baik walaupun belum sempurna

#harike-1
#tantangan15hari
#zona1komprod
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia

Kamis, 25 Juni 2020

Aliran Rasa 4 Permata

❤ Bismillahirohmanirohim❤
Menyelami diri lebih dalam membuat kita akan lebih bersyukur. Saya sangat berkesan terhadap misi yang diberikan. Makin hari diri saya ini terasa tergali dan menapak tilas kehidupan saya 26 tahun silam. Tak jarang saya menjadi lebih merenungi kehidupan ketika mengerjakan misi. 

Teori connecting the dots - steve Jobs mungkin blm bisa jadi bahan kontemplasi jika IIP tidak memberikan misi tersebut. Bahkan jika digali lebih dalam dengan kacamata islamic worldview. Kita sebagai muslim mengimani qodho dan qadar sebagai ketentuanNya. Titik2 dalam hidup kita yang Allah SWT rancang sedemikian rupa yang membentuk kepribadian kita saat ini bukan tanpa sebab. Melainkan merupakan takdir terbaik kita. 

Saya menuliskan apa yang membuat diri saya unik? Pada dasarnya semua orang itu unik. Bahkan sepasang kembar yang lahir kedunia memiliki takdirnya masing-masing. Untaian titik mutiara yang hadir dalam kehidupan saya membuat saya semakin bersyukur semakin mencintai suami saya dan semakin menyayangi anak saya. 

Lompatan lompatan yang pernah saya alami di antaranya kini yang bisa menjadi hikmah terbesar dalam kehidupan saya adalah keputusan saya untuk menikah kurang dari 1 tahun setelah wisuda Sarjana.  Saat itu saya sudah merangkai mimpi, begitu banyak cita-cita yang saya Tuliskan di tembok kamar saya.  Kini cita-cita itu bukan jadi prioritas cita-cita bisa berubah dengan keadaan.  

Oktober 2016 saya diwisuda saya merencanakan untuk melanjutkan studi sehingga saya mempersiapkan dengan cara mengambil persiapan TOEFL.  November akhir 2016 saya bertemu dengan dia calon suami saya, untuk pertama kalinya.  Kami dipersatukan dalam suatu kegiatan baik akhirnya kita menjadi partner dalam pekerjaan. 

Cuma butuh satu bulan suami saya meyakinkan dirinya untuk mengenal saya lebih dalam akhir Desember 2016 lewat murobbi, Ia menyampaikan kehendaknya untuk taaruf lebih dekat. Saya gamang karena menikah di tahun 2017 adalah mimpi tidak pernah tertulis dalam cita-cita saya sebelumnya. 

Namun tak ada alasan syar'i untuk saya menolak, saya teruskan niat baik itu kepada orang tua saya. Ibu dan Bapak awalnya ragu saya baru sarjana belum pernah menapaki dunia profesional namun sudah ada lelaki yang melamar.  Alhamdulillah mereka sepakat untuk juga tidak menunda karena tidak ada alasan syar'i untuk menolak.

Januari 2017 Pinangan itu tiba, ia datang seorang diri menemui orang tua saya. Februari 2017 kami melangsungkan pertemuan Kedua keluarga besar yang akhirnya sepakat untuk melaksanakan akad dan resepsi di April 2017.

Tak lama setelah saya menikah dua bulan Kemudian saya positif hamil.  Lahirlah seorang cucu perempuan satu-satunya yang tinggal se-kota dengan orang tua saya.  Selama Saya mempersiapkan pernikahan Ibu saya sudah sakit-sakitan.  Kehadiran cucu menjadi obat pelipur lara bagi ibu saya. 

Sayangnya anak saya hanya setahun setengah merasakan hidup bersama eyang putri.  Ibu saya akhirnya dipanggil oleh Allah subhanahu wa ta'ala.  Keputusan yang tepat bagi saya dan akhirnya saya bisa mengambil hikmah terbesar di dalam kehidupanmu saya bahwa saya menikah itu adalah takdir terbaik bagi saya dan ibu saya. 

Pemikiran ini saya rasakan setelah saya menjalankan berbagai misi yang diberikan oleh Institut Ibu profesional ..

terima kasih IIP yang membuat saya bisa menyadari hikmah Terbesar dalam hidup saya😢🙏🏼

 wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. 


 
#navigasidanberaksi
#matrikulasibatch8
#institutibuprofesional
#belajardarirumah

Kamis, 18 Juni 2020

Misi ke TUJUH : Connecting The Dots

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم


Jika bukan karena misi ke tujuh ini saya belum mengetahui kisah luar biasa tentang filosofi Connecting the Dots- Steve Jobs. 

berikut kisah lengkapnya.
Suatu ketika, Steve Jobs diundang untuk memberikan kata sambutan di acara wisuda Stanford University, salah universitas terbaik yang ada di Amerika. Ada tiga pesan penting yang disampaikan Steve Jobs pada kesempatan itu. Salah satunya adalah tentang “Connecting the Dots”. Atau bahasa kitanya saling menghubungkan titik demi titik.


Steve Jobs (Sumber: http://www.desa-coding.com/)

Ibu kandung Steve Jobs, Joanne Simpson adalah seorang mahasiswi yang masih kuliah. Dia ‘kecelakaan’ karena hamil di luar nikah sewaktu masih mahasiswi dan juga tanpa dinikahi. Sebelum melahirkan, Joanne Simpson memutuskan untuk meyerahkan anak yang akan dilahirkannya itu kepada orang lain. Sang Ibu ingin Steve Jobs dirawat oleh orang yang lulusan universitas agar nantinya bisa di kuliahkan di universitas ternama juga.
Akhirnya, ada seorang pengacara dan istrinya yang mau mengadopsi Steve Jobs Kecil. Mereka adalah Paul dan Clara Jobs. Menjelang detik-detik melahirkan, Paul dan Clara Jobs menelepon kalau mereka ingin bayi perempuan, tapi ternyata Joanne Simpson melahirkan bayi laki-laki. Ibu Steve Jobs sempat cemas dan khawatir kalau mereka tidak jadi mengadopsi. Tapi untungnya, mereka tetap mau menerima.
Beberapa waktu setelah melahirkan, sebelum tanda tangan kertas penyerahan adopsi, Ibu Steve Jobs mengetahui kalau Paul dan Clara Jobs ternyata berbohong. Pauls tidak tamat SMA dan istrinya bukanlah tamatan universitas ternama. Joanne Simpson menolak tanda tangan kertasnya. Tapi, kemudian sang ibu berubah pikiran setelah Paul dan Clara Jobs meyakinkan kalo Steve Jobs bakal dikuliahkan setelah besar nanti. Sebab cita-cita Ibu kandung Steve Jobs ingin sekali anaknya dikuliahkan dan lulus dari universitas ternama di Amerika.

Reed Collage, Tempat Stave Jobs Berkuliah (Sumber: https://www.glassdoor.co.uk/)

Singkat cerita, 17 tahun setelahnya Steve Jobs dikuliahkan disebuah universitas yang mahal sekali, yaitu Reed Collage. Padahal, orang tuanya angkatnya itu bukanlah dari golongan kelas atas. Pauls hanyalah bekerja sebagai montir dan Clara Jobs hanya sebagai tenaga pembukuan. Pada saat kuliah, ternyata Steve tidak tahu apa yang harus ia kerjakan. Semua mata kuliah yang diambilnya tidak terasa berguna baginya. Steve masuk di satu mata kuliah, lalu keluar. Masuk lagi di mata kuliah lainnya, keluar lagi.
Steve menyadari kalau orang tua angkatnya itu harus menabung banyak agar bisa membiayai kuliahnya di Reed Collage. Namun saat itu dia enggak  melihat kegunaan dari kuliah yang diambilnya untuk tujuan hidupnya. Ditambah lagi, dia sendiri tidak tahu jelas apa tujuan hidupnya. Setelah ia kuliah selama enam bulan, akhirnya dia memilih untuk keluar sekolah.
Dia memutuskan untuk drop out dari kuliah karena Steve engga melihat adanya nilai yang berharga dengan duduk di bangku sekolah. Sejak itu, hidupnya mulai susah. Dia tidak punya kosant, dan tidur dilantai kamar temannya. Dia mengumpulkan botol coca-cola, kemudian dijual, dan hasilnya untuk membeli makanan.
Setiap minggu malam, Steve harus berjalan selama 7 mil ke sebuah kuil. Kenapa ia pergi kesana? Sebab disana selalu tersaji hidangan makan besar. Sehingga dJobs berpikir kalodengan cara pergi kesana dapat menekan pengeluaran mingguannya.
Saat itu Steve masih tinggal disekitar kampusnya. Dan perlu diketahui, Reed Collage sangat terkenal dengan seni Kaligrafi, salah satu terbaik di Amerika. Steve sebenernya engga bisa lagi mengambil mata kuliah karena sudah drop out. Tapi karena kegigihannya untuk minta duduk di bangku kuliah, akhirnya dia masih bisa berkesempatan untuk mengambil satu mata kuliah, yaitu mata kuliah kaligrafi selama tiga semester.

Salahsatu Contoh Ilmu Kaligrafi (Sumber: https://www.designyourway.net/)

Di kelas Kaligrafi, dia belajar tentang kombinasi warna, tekstur, pemandangan dan lain-lain yang menurutnya menakjubkan. Dari kelas Kaligrafi ini juga, ketertarikan Steve terhadap font menjadi luar biasa. Dia mulai mengenal sejarah font seperti serif dan san-serif. Memang sih, apa yang ia pelajari tidak ada yang applicable untuk kehidupannya waktu itu. Tapi 10 tahun kemudian, baru dia rasakan manfaatnya dari apa yang ia pelajari sewaktu masih kuliah.
Saat dia mendesain komputer Mac pertama kalinya, semua hal yang dipelajari Steve saat duduk di kelas Kaligrafi muncul. Dia pun mengkombinasikannya ke dalam komputer Mac. Hasilnya apa? Steve berhasil membuat Mac menjadi komputer pertama yang memiliki tipografi yang sangat indah.
Dia bilang,“Kalau saya tidak pernah drop out, saya tidak akan berakhir di kelas Kaligrafi. Jika saya tidak belajar seni kaligrafi, Mac tidak akan pernah ada.”
Semua hal yang dilakukan Steve itu membentuk titik-titik. Titik-tik inilah yang nanti akan bertemu dan membentuk masa depan. Dan hal inilah yang disebut oleh Steve Jobs sebagai connecting the dots.
Pelajaran penting yang bisa kita ambil dari kisah Steve Jobs tersebut adalah bahwa tidak ada kejadian sekecil apapun yang harus kita sesalkan di masa lalu. Kenapa? Sebab semuanya akan saling terhubung dan membentuk sebuah mozaik atau puzzle masa depan kita.


referensi :

2. gambar-gambar terlampir pada keterangan gambar.

Jumat, 12 Juni 2020

MISI KARAKTER MORAL : I know, I can be better

Bismillahirrahmanirrahim... 

Tantangan misi karakter moral
Penyelaman ketiga

Aku punya tantangan selama berproses dan menjalani peran kehidupan yaitu:

Sedikit bercerita, sebelumnya saya mengucapkan jazakumullah khairan katsiraan mbak Maria Ulfah mbak  Kasih Hanny mbak Siwi Aryani Ratu Rahmi, yang telah mengingatkan pada cerita saya dulu. Betapa waktu iti berharga.. 

ketika saya masih gadis, saya diamanahi menjadi sekertaris umum suatu organisasi besar di kampus, selain itu juga saya menjadi pengurus dan anggota di beberapa organisasi lain. menjadi mahasiswi teknik dengan banyak praktikum dan praktek kerja di lapangan menuntut saya rapi mengenai time management. sayangnya dan anehnya ketika sy menikah hal ini menguap begitu saja ke udara. kemana diri saya selama ini?

Setelah menikah,  semua ritme kehidupan berubah. Dulu posisi saya menjadi anak bungsu di rumah, semua tersedia. makan tinggal makan, tidur tinggal tidur, pakaian bersih selalu ada, rumah bahkan kamar selalu bersih terawat.  Hal ini menyebabkan syok terapi bagi saya, walaupun sebelumnya sudah saya komunikasikan dengan suami bahwa saya tidak terbiasa dengan pekerjaan rumah tangga. 

Karena sukses di luar belum tentu sukses di dalam rumah, tapi bagaimana kalau sukses dengan keduanya?  Akan lebih baik kan? itu yang membuat saya saat ini tertantang untuk bisa terjun kembali di usia 3 tahun pernikahan kami untuk memberdayakan diri di luar. 

Tapi ternyata, dalam diriku ada karakter moral ibu profesional yang menjadi kekuatanku. Ini kisah dan caraku untuk mengatasi tantangan tersebut:

Saya menemukan komunitas ibu profesional sebetulnya sudah dari tahun 2017, ketika itu saya bergabung di WA grup regional Bandung . Di tahun 2017 bertepatan dengan persiapan pernikahan saya, menjadi mahasiswa Institut Ibu profesional bukanlah prioritas bagi saya. Maka dari itu saya memutuskan tidak melanjutkan perkuliahan.

Ternyata di tahun ketiga pernikahan dan alhamdulillah saya dikaruniai seorang anak perempuan, ilmu untuk Menata diri menjadi Ibu yang lebih baik adalah hal yang penting dan perlu dicari. Maka saya memutuskan kembali bergabung di Institut Ibu profesional. Bukan yang hal yang mudah bagi saya untuk belajar dengan sistem seperti ini, karena bagi saya yang dulu belajar adalah hal yang membutuhkan tatap muka kedua belah pihak. Namun zaman berubah apalagi pada kondisi pandemic seperti ini kita dituntut untuk bisa belajar dari mana saja tidak terpaut jarak dan waktu. 

Perlahan-lahan setelah menikah saya membangun kultur bersama suami saya dimulai dari hal yang termudah, yaitu menata jadwal hidup hingga manajemen rumah tangga. Saya yang tidak terbiasa memasak pada awalnya sangat ditoleransi untuk tidak memasak setiap hari. Kami lebih memilih makan di luar, namun pada saat itu saya merasa kurang nyaman karena memang saya tidak terbiasa jajan diluar dari kecil maka dari itu saya bertekad untuk bisa memasak. 

Dan Allah memberikan tantangan lain, di bulan kedua pernikahan, saya positif hamil. Saya dan suami memberdayakan diri mencari tahu ilmu tentang kehamilan dan persalinan. Pada saat saat itu saya dan suami masih aktif bekerja, dari rekan kerja kami saya mendapatkan informasi tentang kelas persiapan kehamilan secara natural alami dan minim trauma berlandaskan Islam. Namun mengapa saya kurang bersemangat rasanya? karena suami juga mendengar malah suami yang sangat bersemangat mengikuti kelas itu dan mendaftarkan kami mengikutiselama 12 kali pertemuan dan saya merasa sungguh beruntung memberdayakan diri selama persalinan sehingga kehamilan persalinan dan proses menyusui saya alhamdulillah penuh dengan persiapan. 

Paska memiliki anak tantangan lain yang lebih menantang banyak dihadapi namun satu hal yang saya ambil bahwa I know I can be better, 
Jika saya terus mencoba dan tidak Patah Arang, serta membangun lingkungan yang supportif untuk belajar mengetahui ilmu apa yang paling saya butuhkan. 


#navigasidanberaksi
#matrikulasibatch8
#institutibuprofesional
#belajardarirumah


Rabu, 13 Mei 2020

Mengikat Makna CORE VALUE Ibu Profesional

bismillah

Setelah melakukan penyelaman bersama para WI, kami diminta untuk melakukan reminder dari misi kami sebelumnya yaitu apa makna Ibu Profesional bagi teman teman?

SELF ASSESMENT
Untuk menjadi Ibu profesional bagi saya akan menjadi Ibu yang
- Memiliki tanggung jawab yang besar terhadap kelangsungan keluarga
- Ilmu pengetahuan yang mumpuni
- Bahagia dengan perannya
- Selalu mengharapkan ridho Allah subhanahu wa ta'ala
- Mampu mencintai diri sendiri sehingga tidak mudah terpuruk dalam keadaan yang buruk
- Berusaha mewujudkan keluarga yang solid sehingga tujuan keluarga dapat tercapai

Dari semua jawaban tadi, sampai sejauh mana yang sudah saya lakukan?
Saya saat ini adalah orang yang harus mendalami peran yang harus menikmati setiap fase dengan ketenangan emosi dan belajar untuk menjadi yang lebih baik. Mengikuti perkuliahan IIP menjadi salah satu ikhtiar saya menjadi ibu profesional versi saya di atas. Mulai menentukan skala prioritas dalam hidup kita. Siapa dan apa yg jadi tujuan utama dalam kehidupan kita.

Maka saya harus belajar manajemen emosi, belajar mendalami peran sebagai perempuan ibu dan istri, manajemen rumah tangga, dan belajar lebih mencintai diri sendiri.
Hal-hal tadi sudah melalui proses memilah dengan kaidah dimulai dari yang paling penting dan paling utama, menimbang dengan tujuan utama, dan mana yang berhubungan.

Seperti pesan teh Rima WI pendamping saya mengerjakan misi ini
"Tinggikan gunung, jangan ratakan lembah. "

Lebih baik kita keren dalan satu hal. Jadi spesialis akan hal tertentu. Dari pada tau semua hal tapi kualitasnya hanya sekedar tau saja. Rata rata pengetahuannya. Tidak ada spesialnya.

Demikian kurang lebihnya.


Mohon maaf atas segala keterbatasan. Alhamdulillah semoga selalu bersemangat untuk berproses menjadi lebih baik ya😍😘




x

Rabu, 06 Mei 2020

ibu profesional kebanggaan keluarga adalah..

Teringat sebuah pesan bu septi di dalam sebuah podcast di komunitas ibu profesional, bahwa beliau memakai pakaian terbaik setiap harinya saat memulai hari sebagai seorang ibu layaknya wanita karier di kantor. Jika kita sudah memakai pakaian formal, dengan pakaiannya ia pun dapat memberikan kesan profesional, sungguh2, memberikan 100% tenaga, pikiran dan karyanya untuk keluarganya. Tentunya seorang profesional memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap apa yang ia kerjakan, memiliki ilmu dan pengetahuan yang mumpuni yang dapat diterapkan dalam pekerjaannya.

Namun sebelum masuk kedalam ranah tanggung jawab, mendalami ilmu dan pengetahuan yang luas sebagai seorang ibu, seorang wanita harus memahami peranannya sendiri sebagai seorang ibu. Dengan paham perananya saat ini yang bisa jadi bukan hanya sebagai seorang ibu, tapi juga seorang istri dan seorang perempuan bahkan ada beberapa yang sekaligus menjadi seorang anak di dalam satu rumah tangga, seorang perempuan dapat lebih mencintai pekerjaanya dan mengerti atas hak dan kewajiban dari setiap peran yang ia lakukan.

bagaimana menjadi ibu yang bahagia?? 
banyak yang menuliskan kata bahagia dalam mendefinisikan ibu profesional kebanggan keluarga, namun apakah kebahagiaan sejati itu? dan bagaimana seorang ibu dapat bahagia terlepas dari keluarganya dan lingkungannya?

Ilmu dan pengetahuan tidak akan diterima dengan baik jika bagian dalam otak yang disebut limbik terbuka. limbik akan terbuka jika perasaan kita bahagia. Bahagia menjalankan peran tidak bisa digantungkan pada makhluk, karena setiap individu bertanggungjawab atas kebahagiaan masing-masing dirinya. Tiap ibu pasti mengalami pasang surut mood, kejadian yang menguras emosi maka dari itu ibu dituntut untuk bisa memanage emosinya sendiri. 

banyak yg menganggap kebahagiaan seorang ibu dilandaskan pada kehadiran seorang suami yang dapat memberikan perhatian dan kasih sayang untuk istrinya. lalu bagaimana ribuan wanita tangguh diluar sana yg hidup mandiri membesarkan anak2nya tanpa dukungan suami?

ibu adalah kunci, kunci kebahagiaan ibu adalah ketika ia tau bahwa tak ada tempat bergantung kepada makhluk, hanya kepada TUHANnya lah ia jadikan energi bagi kelangsungan keluarganya. Dan menjadikan RIDHO ALLAH sebagai tujuan akhir dari semua tugas dan peranannya di dunia.


Inna ma'al-'usri yusrā 
"Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."
QS: Al-insyirah:6


SELF LOVE cintai diri sendiri, niscaya orang lain akan menerima pancaran cintamu. ibu layaknya lentera keluarga. jika mood ibu tidak bagus hari itu. maka sudah sewajarnya seluruh keluarga urut murung sedari pagi. jika ibu telah jatuh bangun emosinya namun ia sadar ia adalah lentera keluarga, makadari itu dengan sadar ia selalu berusaha yg terbaik untuk dibagikan ke keluarga dan lingkunganya. selalu cintai dirimu ya buk..

sumber cinta dan cahaya dalam keluarga adalah ibu. ibu yang penuh cinta dan cahaya akan mendidik anak2nya dengan sepenuh hati, menjadi teman setia berbagi suami dan sahabat yang baik mau mendengar pendapat dan curahan hati setiap anggota keluarga. sehingga seiring tumbuh dewasa anak akan tumbuh menjadi pribadi yang penuh kehangatan, pribadi yang bisa lebih baik dari orang tuanya menghargai, mencintai diri sendiri sehingga tidak mudah jatuh dalam keputusasaan dalam hidup.

menjadi cita2 setiap ibu yang dapat menjadikan keluarganya solid. namun usaha seorang ibu tidaklah cukup jika tidak dibangun bersama-sama dengan support systemnya. harapan dari semua yang disebutkan di atas setiap anggota keluarga berusaha mewujudkan keluarga yg solid, saling melengkapi, mau bekerjasama. seorang ibu dapat tetap tumbuh mengembangkan dirinya juga tidak akan lepas dari dukungan keluarganya. sehingga sinergi dapat terwujud.

ini adalah makna ibu profesional kebanggan keluarga versi terbaikku..
barokallah kepada semua ibu hebat diluar sana:)

#navigasidanberaksi
#matrikulasibatch8
#institutibuprofesional

#belajardarirumah



Referensi:
-FBG Matrikulasi 8 Institut Ibu Professional
-https://tafsirweb.com/12838-quran-surat-al-insyirah-ayat-6.html

Kamis, 30 April 2020

Aliran rasa selama berada di Ibu Professional

Bismillahirrahmanirrahiim....

Aliran rasa selama mengikuti perkuliahan di kelas matrikulasi ibu professional..
pertama kali mengenal ibu profesional itu sebenarnya di tahun 2015 ketika masih duduk di bangku kuliah, kakak saya sempat bertandang ke rumah ibu Septi di Salatiga, menceritakan keseharian ibu Septi yang luar biasa profesional sebagai ibu yang bekerja dari rumah, namun ketika itu belum ada rasa penasaran karena masih disibukkan dengan kegiatan organisasi di perkuliahan.

2016 dinyatakan lulus sebagai sarjana. berselang 1 bulan kemudian ternyata ada ikhwan yang melamar, akhirnya awal 2017 memutuskan untuk mengikuti proses matrikulasi IIP. Kenyataan bahwa mengurus persiapan pernikahan semua sendiri sampai Ibu saya jatuh dan masuk rumah sakit membuat saya memutuskan kembali ke pelabuhan.

selang 2 tahun akhirnya di bulan Oktober 2019 mendapatkan info bahwa orientasi ibu professional mulai dibuka, bimbang dan ragu muncul untuk memilih bergabung saat ini atau tidak. Saat itu tidak mudah bagi saya, sungguh keadaan terpukul kehilangan ibu tercinta di bulan September, dan mengharuskan pindah rumah ke rumah orang tua mendampingi ayah di bulan Oktober, yang otomatis menambah tugas dan peranan saya di rumah yaitu kembali menjadi anak.

Kembali aktif dan belajar berkegiatan di luar rumah setelah sibuk dengan semua hal di bulan September dan Oktober, saya putuskan di bulan November bertepat dengan ulang tahun yang ke 26. Bismillah saya harus mulai menata hati, kehidupan keluarga kecil saya bersama seorang suami dan seorang anak berubah 180 derajat. saya harus membelah diri. berperan sebagai istri, ibu, dan juga anak yang mendampingi ayahnya.

Dimasa orientasi saya masih meraba-raba berharap dengan mengambil hikmah dan ilmu di perkuliahan saya dapat menikmati peranan saya yang berlapis dalam satu waktu. betul saja saya ingat ada dalah satu postingan di grup kurang lebih berisi testimoni para lulusan matrikulasi dan kelas lanjutan yang ada di IIP membuat saya yakin dapat menikmati peranan yang ada.

Sebelum saya melakukan perjalanan dengan bahtera Institut Ibu Profesional, saya mengikuti orientasi kampung komunitas yang didalamnya pun sarat ilmu dan hikmah Sehingga ketika di dalam perkuliahan matrikulasi saya tidak begitu kaget dengan tugasnya. namun kali ini dituntut lebih disiplin dalam menjalankan tugas.

rasanya ketika ada unit di facebook grup yang belum terselesaikan ada kejanggalan tersendiri dalam hati sehingga rasanya tidak tenang, degdegan, dan terbawa mimpi harus segera menyelesaikan. tugas-tugas yang ada pun sanga bermanfaat mengedepankan adab sebelum kita menuntut ilmu yang aplikatif. semoga kami tetap istiqomah di dalam perkuliahan. insyaaAllah..