Sabtu, 31 Mei 2014

Thariq bin Ziyad

Ingatkah kalian pd Panglima perang Thariq bin Ziyad?
Thariq bin ZIyad bersama 7000 tentara, yang mayoritas berasal dari suku Berber, menyeberang ke Spanyol di tahun 711 M. ia mendarat dekat gunung batu besar yang kelak dinamai dengan namanya, Jabal (gunung) Thariq, Orang Eropa menyebutnya Gilbraltar..

Setelah berhasil menyeberang ke daratan Spanyol, tiba-tiba Thariq mengambil langkah yang hingga sampai kini membuat tercengang para ahli sejarah. Ia membakar perahu-perahu yang digunakan untuk mengangut pasukannya itu. Lalu ia berdiri di hadapan para tentaranya seraya berpidato dengan lantang berwibawa, dan tegas.

Dalam pidatonya yang penuh semangat, panglima Thariq berkata;

“Di mana jalan pulang? Laut berada di belakang kalian. Musuh di hadapan kalian. Sungguh kalian tidak memiliki apa-apa kecuali sikap benar dan sabar. Musuh-musuh kalian sudah siaga di depan dengan persenjataan mereka. Kekuatan mereka besar sekali. Sementara kalian tidak memiliki bekal lain kecuali pedang, dan tidak ada makanan bagi kalian kecuali yang dapat kalian rampas dari tangan musuh-musuh kalian. Sekiranya perang ini berkepanjangan, dan kalian tidak segera dapat mengatasinya, akan sirnalah kekuatan kalian. Akan lenyap rasa gentar mereka terhadap kalian. Oleh karena itu, singkirkanlah sifat hina dari diri kalian dengan sifat terhormat. Kalian harus rela mati. Sungguh saya peringatkan kalian akan situasi yang saya pun berusaha menanggulanginya. Ketahuilah, sekiranya kalian bersabar untuk sedikit menderita, niscaya kalian akan dapat bersenang-senang dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, janganlah kalian merasa kecewa terhadapku, sebab nasib kalian tidak lebih buruk daripada nasibku…”

Selanjutnya ia berteriak kencang: “Perang atau mati!” Pidato yang menggugah itu merasuk ke dalam sanubari seluruh anggota pasukannya.

Tanpa keraguan sedikit pun, panglima itu memerintahkan pasukannya untuk membakar kapal-kapal yang telah membawa mereka. Banyak orang mungkin bertanya. Bukankah kapal-kapal itu adalah aset? Bukankah aset perang justru seharusnya dijaga? Tidak! Itulah prinsip sang panglima. Secara Zahir, memang kapal-kapal itu telah habis terbakar, namun pada hakikatnya perintah ini telah membakar habis pilihan untuk menjadi pecundang dan pengecut serta menyisihkan dua pilihan, yang keduanya mulia. Menangkan pertempuran atau mati syahid. Disinilah terbentuk kesamaan visi dan misi antara pemimpin dan bawahan dalam membangun tim yang kompak dan padu. Langkah ini telah membuahkan kemenangan. Sebuah kemenangan yang telah mengantarkan umat islam memasuki babak baru, dakwah di bumi Andalusia
Panglima itu adalah Thariq bin Zayid, seorang pahlawan muslim pembebas Andalusia yang namanya diabadikan untuk menyebut bukit karang stinggi 450 meter di semenanjung pantai tenggara spanyol. Jabal Thariq, begitulah orang Arab menamai bukit itu. Lidah Eropa menyebutnya Gibratar (M. Karebet Widjajakusuma, 2007).
Apa Hikmah dari Kisah Di atas?
Ada beberapa hikmah yang bisa kita ambil dari kisah di atas, yang mana hikmah ini akan menjadikan kita sadar bahwa selama ini kita terlalu takut untuk mengambil sebuah pilihan sukses. Berikut hal-hal yang patut kita lakukan
  1. Kita harus menguatkan motivasi diri kita dengan menyingkirkan penghalang-penghalang yang akan mempengaruhi keputusan kita. Tidak ada keputusan lain selain keputusan untuk sukses, tidak ada sebuah keputusan untuk mundur atau menyerah. Keputusan untuk mundur atau menyerah adalah keputusan terburuk yang akan membuat kita menjadi pecundang sejati. Untuk itu mulai sekarang kita harus berani keluar dari Comfort Zone kita, memperkuat  komitmen dan selalu yakin bahwa jalan terbaik untuk meraih kesuksesan adalah dengan terus melangkah maju dengan sebuah keyakinan bahwa kita akan mencapai sebuah kemenangan yang lebih berarti.
  2. Sukses itu tidak bisa sendiri, entah kita sebagai personal maupun organisasi, kita harus menyatukan visi dan cara pandang kita tentang kesuksesan. Seperti apa yang dilakukan oleh Panglima Thariq dan bala tentaranya, sungguh tidak mungkin kemenangan akan mereka raih jika mereka tidak memiliki visi dan cara pandang sama. Inilah contoh yang wajib kita tiru sebagai pemimpin, kita wajib memberikan motivasi dan pemahaman kepada rekan kerja dan karyawan untuk senantiasa memegang teguh semangat dan visi yang telah di bangun. Kemenangan adalah tanggung jawab bersama. Sehebat apa pun pemimpin, tapi tanpa sebuah kerja tim yang solit dengan para karyawan maka apa yang diusahakan bisa sia-sia.
  3. Teruslah istiqomah dalam mengambil keputusan yg telah diambil, InsyaAllah apabila tidak ada keraguan didalamnya, dengan segala resiko kita harus mempertimbangkan secara menyeluruh dan menganalisis secara cermat, akan di permudah jalan untuk kesuksesan.

MENCARI SOSOK PEMIMPIN IDEAL DI KAMPUS, MUNGKINKAH?





Bandung, Senin, 26 November 2012, 22.11 (Ruang penuh pemikiran)




Malam ini saya baru pulang dari kegiatan yang selama 4 bulan menguras waktu tenaga pikiran saya bersama 3 rekan saya. Kakak2 senior saya yg saya sudah anggap mrka org2 dekat saya. Entah mengapa hari ini saya anggap semua berjalan semestinya walaupun ada beberapa perubahan, saya mengerti semua bisa terjadi begitu saja, saya sempat sedikit kecewa dengan salah satu rekan yang sudak sayang saya pikir juga bias menjadi kakak saya, tetapi semua hanya enjoy yang ada di pikirannya, haha, di dalam benakku sepengetahuanku, dan sepenglihatanku.




Ini semua masalah birokrasi, aku memang tak mengerti apa itu birokrasi yang kata kamus besar bahasa Indonesia adalah 1, system pemerintahan yg dijalankan oleh pegawai pemerintahan karena telah berpegang  pada hierarki dan jenjang jabatan, 2 cara bekerja atau susunan pekerjaan yang serba LAMBAN, serta menurut tata aturan (adat dsb) yang banyak liku-likunya dsb.



Jelas hal ini memacu saya berfikir mengapa Indonesia belum semaju negara2 lain yg ada disekitarnya, karena dari hal terkecil pun seperti dalam organisasi mahasiswa masih saling mengandalkan, menumbalkan, dan masalah klasik seperti koordinasi, bagaimana sebuah Negara bisa maju bila ujung tombaknya pun rapuh, mau tidak mau, acuh tak acuh. 




Memang sulit menentukan sikap ketika sedang terdesak, tapi setau aku bukankah seorang pemimpin tidak akan pernah mengorbankan rakyatnya??? Saya rasa tidak akan selalu efektif bila seorang pemimpin berfikir demokratis selalu, liberal selalu, atau otoriter. Tapi dia harus memiliki dan mampu bersikap TFDF.!! Bukankan itu yg diajarkan di kelas saat pembinaan mahasiswa baru?




Saya heran kenapa menunggu genting baru bisa berfikir, mengapa bukan saya saja? Mengapa enggan bertindak, ,mengapa kata2 “getting things trought other people” di artikan secara sakelek,. Dan tanpa contoh? 




Saya ingin pemimpin yang amanah, think fast do fast, yang bisa membawa kami ke arah yg lebih baik, bukan seperti ini… revolusi bisa terjadi, saya harap secara keseluruhan, bukan pemimpin yang menjadi boneka, bukan pemimpin yang berlindung mencari2 tempat amat dibalik kesalahan anggotanya. Yang dapat mengayomi, yang memberi kita semangat lagi bukan malah melihatnya tak bersemangat.




tapi kemudian saya mendapatkan jawaban dari setelah proses berfikirnya saya... beberapa hari saya mulai menemukan jawaban2 atas pertanyaan-pertanyaan, dan keluhan atas masalah saya diatas..




Ya saya setuju sekali dengan pendapat, bahwa seorang pemimpin harus bijak, sense tinggi, dan berusaha terlihat sempurna. Saya tau saya sedang berkuliah di sebuah perguruan tinggi. dan saya tau ini bukan tempat untuk mencari2 pemimpin yang sempurna. Tapi disitu tempat dimana seseorang ditempa menjadi seorang pemimpin. Artinya, dalam sebuah Universitas, disitu tempat orang belajar menjadi pemimpin, bukan mencari pemimpin. Nah, sangat wajaaaaar sekali bila hal2 yg melenceng dari kriteria pemimpin itu kamu temukan di universitas. Sekali lagi, saya bilang, Sangat wajar. 




Kalau kamu butuh solusi tindakan, bisa ajukan hal ini.



Dalam sebuah kegiatan /acara, diperlukan sebuah koordinasi yg baik. Artinya, kamu hrs bisa menjalin hubungan baik dengan orang lain. Right? Haha..



Ya, kamu kerjakan tugas kamu seperti apa. Don’t see other  task on different people, but focus on your job. Tapi Kamu hrs persiapkan plan A, plan B, plan C. jangan khawatir, kalau plan A tidak sesuai dengan rencana, masih banyak kan 25 abjad lain? Benar apa benar?




Lah hubungannya apa? Gini loh, ketika think fast, sebenernya disitu bukan berpikir secara cepat tepat plaakkk gitu tah taktaktaktak.. tapi, beralih ke plan lain yang lebih cocok, secara matang dan tepat.untuk itu, harus dimatangkan terlebih dahulu konsepnya seperti apa dan kamu harus siap lah segala kemungkinan buruk yang terjadi. Nah, untuk itulah adanya plan A, plan B , plan C..



Ga usah kamu hiraukan dengan pemimpin yang  mengorbankan rakyatnya, tak usah pikirkan siapa namanya, tapi yang harus kamu lakukan adalah menyelamatkan yang menjadi korban2nya, ok?  Lah kalau saya jadi pengganti korban nya gimana?  Atau saya itu yang jadi korbannya? Haha.. tenang..



“ketika kamu melakukan apa yang orang lain tidak lakukan, maka kamu akan mendapatkan apa yang orang lain tidak dapatkan”



Ah saya kecewa dengan sistemnya, saya ga suka sosok pemimpin kaya gini. Apa betul km harus bilang gitu?



Haha.. saya pikir gini loh, ketika kamu bilang seperti itu dibelakang secara sembunyi2, saya yakin, orang itu tidak akan berubah sikapnya dan akan seperti itu terus. Karena dia tdk tau apa kesalahan mereka. Benar apa benar hayoo?



Saran saya, kamu harus menyediakan waktu luang kamu untuk berbicara mengenai kekurangan mereka selama menjadi pemimpin. Kamu kritik, tapi kamu kasih saran LANGSUNG DI DEPAN ORANGNYA. itulah yang menjadikan dia sadar bahwa selama dia menjadi pemimpin banyak yg salah. Namanya belajar boleh dong kita saling mengoreksi. Iya apa iya?



Masalah di terima atau tidaknya kritikan dan saran kamu, yg penting kamu udah berusaha. Benar apa benar?