Bismillahirrahmanirrahim...
Tantangan misi karakter moral
Penyelaman ketiga
Aku punya tantangan selama berproses dan menjalani peran kehidupan yaitu:
Sedikit bercerita, sebelumnya saya mengucapkan jazakumullah khairan katsiraan mbak Maria Ulfah mbak Kasih Hanny mbak Siwi Aryani Ratu Rahmi, yang telah mengingatkan pada cerita saya dulu. Betapa waktu iti berharga..
ketika saya masih gadis, saya diamanahi menjadi sekertaris umum suatu organisasi besar di kampus, selain itu juga saya menjadi pengurus dan anggota di beberapa organisasi lain. menjadi mahasiswi teknik dengan banyak praktikum dan praktek kerja di lapangan menuntut saya rapi mengenai time management. sayangnya dan anehnya ketika sy menikah hal ini menguap begitu saja ke udara. kemana diri saya selama ini?
Setelah menikah, semua ritme kehidupan berubah. Dulu posisi saya menjadi anak bungsu di rumah, semua tersedia. makan tinggal makan, tidur tinggal tidur, pakaian bersih selalu ada, rumah bahkan kamar selalu bersih terawat. Hal ini menyebabkan syok terapi bagi saya, walaupun sebelumnya sudah saya komunikasikan dengan suami bahwa saya tidak terbiasa dengan pekerjaan rumah tangga.
Karena sukses di luar belum tentu sukses di dalam rumah, tapi bagaimana kalau sukses dengan keduanya? Akan lebih baik kan? itu yang membuat saya saat ini tertantang untuk bisa terjun kembali di usia 3 tahun pernikahan kami untuk memberdayakan diri di luar.
Tapi ternyata, dalam diriku ada karakter moral ibu profesional yang menjadi kekuatanku. Ini kisah dan caraku untuk mengatasi tantangan tersebut:
Saya menemukan komunitas ibu profesional sebetulnya sudah dari tahun 2017, ketika itu saya bergabung di WA grup regional Bandung . Di tahun 2017 bertepatan dengan persiapan pernikahan saya, menjadi mahasiswa Institut Ibu profesional bukanlah prioritas bagi saya. Maka dari itu saya memutuskan tidak melanjutkan perkuliahan.
Ternyata di tahun ketiga pernikahan dan alhamdulillah saya dikaruniai seorang anak perempuan, ilmu untuk Menata diri menjadi Ibu yang lebih baik adalah hal yang penting dan perlu dicari. Maka saya memutuskan kembali bergabung di Institut Ibu profesional. Bukan yang hal yang mudah bagi saya untuk belajar dengan sistem seperti ini, karena bagi saya yang dulu belajar adalah hal yang membutuhkan tatap muka kedua belah pihak. Namun zaman berubah apalagi pada kondisi pandemic seperti ini kita dituntut untuk bisa belajar dari mana saja tidak terpaut jarak dan waktu.
Perlahan-lahan setelah menikah saya membangun kultur bersama suami saya dimulai dari hal yang termudah, yaitu menata jadwal hidup hingga manajemen rumah tangga. Saya yang tidak terbiasa memasak pada awalnya sangat ditoleransi untuk tidak memasak setiap hari. Kami lebih memilih makan di luar, namun pada saat itu saya merasa kurang nyaman karena memang saya tidak terbiasa jajan diluar dari kecil maka dari itu saya bertekad untuk bisa memasak.
Dan Allah memberikan tantangan lain, di bulan kedua pernikahan, saya positif hamil. Saya dan suami memberdayakan diri mencari tahu ilmu tentang kehamilan dan persalinan. Pada saat saat itu saya dan suami masih aktif bekerja, dari rekan kerja kami saya mendapatkan informasi tentang kelas persiapan kehamilan secara natural alami dan minim trauma berlandaskan Islam. Namun mengapa saya kurang bersemangat rasanya? karena suami juga mendengar malah suami yang sangat bersemangat mengikuti kelas itu dan mendaftarkan kami mengikutiselama 12 kali pertemuan dan saya merasa sungguh beruntung memberdayakan diri selama persalinan sehingga kehamilan persalinan dan proses menyusui saya alhamdulillah penuh dengan persiapan.
Paska memiliki anak tantangan lain yang lebih menantang banyak dihadapi namun satu hal yang saya ambil bahwa I know I can be better,
Jika saya terus mencoba dan tidak Patah Arang, serta membangun lingkungan yang supportif untuk belajar mengetahui ilmu apa yang paling saya butuhkan.
#navigasidanberaksi
#matrikulasibatch8
#institutibuprofesional
#belajardarirumah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar